Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) merupakan pelanggaran hak asasi manusia yang berdampak serius terhadap fisik dan psikologis korban. Di Indonesia, kasus KDRT terus meningkat dari tahun ke tahun, dengan banyak korban yang mengalami trauma mendalam. Proses pemulihan korban KDRT memerlukan pendekatan yang holistik dan sensitif terhadap kondisi psikologis mereka. Salah satu pendekatan yang efektif adalah implementasi psikologi lingkungan dalam desain ruang rehabilitasi.
Psikologi lingkungan adalah cabang ilmu psikologi yang mempelajari interaksi antara individu dan lingkungan fisiknya. Dalam konteks pemulihan korban KDRT, psikologi lingkungan berfokus pada bagaimana elemen-elemen fisik, sosial, dan budaya dari lingkungan dapat mempengaruhi kondisi psikologis individu. Lingkungan yang dirancang dengan prinsip psikologi lingkungan dapat menciptakan suasana yang mendukung proses penyembuhan, mengurangi stres, dan meningkatkan kesejahteraan psikologis korban.
Implementasi psikologi lingkungan dalam rehabilitasi korban KDRT dapat dilakukan melalui beberapa pendekatan desain, antara lain:
Desain Responsif Sensorik: Menciptakan ruang yang memperhatikan elemen-elemen sensorik, seperti pencahayaan alami, ventilasi yang baik, dan penggunaan warna yang menenangkan, untuk menciptakan suasana yang nyaman dan aman bagi korban.
Pemetaan Emosi: Mengidentifikasi dan memahami bagaimana elemen-elemen lingkungan dapat mempengaruhi emosi korban, serta merancang ruang yang dapat mendukung proses pemulihan emosional mereka.
Desain Kontekstual: Merancang ruang yang sesuai dengan konteks budaya dan sosial korban, sehingga mereka merasa dihargai dan diterima dalam lingkungan tersebut.
Sebuah penelitian oleh Syifa Pradnya Kusumawardhani dan rekan-rekannya di Surakarta menunjukkan bahwa penerapan prinsip psikologi lingkungan dalam desain pusat rehabilitasi perempuan korban KDRT dapat menciptakan suasana yang mendukung proses pemulihan. Penelitian ini mengidentifikasi tiga kriteria desain utama: desain responsif sensorik, pemetaan emosi, dan desain kontekstual, yang dapat membantu menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi korban.
Lingkungan fisik memiliki peran penting dalam proses pemulihan korban KDRT. Lingkungan yang dirancang dengan baik dapat memberikan rasa aman, kenyamanan, dan dukungan emosional bagi korban. Sebaliknya, lingkungan yang tidak mendukung dapat memperburuk kondisi psikologis korban dan menghambat proses penyembuhan.
Penelitian oleh Dea Maitsya Ramadhanty dan Tri Widianti Natalia di Semarang menunjukkan bahwa penerapan konsep healing environment dalam desain ruang landscape pusat rehabilitasi sosial anak korban kekerasan dapat membantu menciptakan suasana yang mendukung proses penyembuhan. Konsep ini melibatkan elemen-elemen seperti taman penyembuhan, pencahayaan alami, dan penggunaan warna yang menenangkan untuk menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan mental anak.
Implementasi psikologi lingkungan dalam desain ruang rehabilitasi korban KDRT merupakan langkah penting dalam menciptakan lingkungan yang mendukung proses pemulihan psikologis. Dengan memperhatikan elemen-elemen lingkungan yang dapat mempengaruhi kondisi psikologis individu, proses rehabilitasi dapat berjalan lebih efektif dan memberikan hasil yang optimal bagi korban.
Penting bagi para perancang, pengelola, dan pihak terkait lainnya untuk memahami dan menerapkan prinsip-prinsip psikologi lingkungan dalam setiap aspek desain ruang rehabilitasi. Dengan demikian, diharapkan korban KDRT dapat menjalani proses pemulihan dengan lebih baik dan kembali menjalani kehidupan yang sehat dan produktif.